Selamat Datang dalam komunitas Kami....

Rabu, 17 Februari 2010

Kearifan Emas

Seorang pemuda mendatangi Zun Nun, dan bertanya,"Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sederhana. Bukankah saat seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat diperlukan, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain.

Sang sufi hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata,"sobat muda, akan aku jawab pertanyaanmu tetapi lebih dulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan jual di pasar di seberang jalan sana. Bisakah kamu menjualnya dengan harga satu keping emas?".

Melihat cicin Zun Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu. "Satu keping emas? saya tidak yakin cincin ini laku terjual segitu".

"Cobalah dulu, sobat muda, siapa tahu kamu akan berhasil".

Pemuda itupun langsung bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, juga kepada yang lainnya. Ternyata tak seorangpun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja pemuda itu tidak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Iapun kembali ke padepokan Zun Nun dan melapor,"Guru tak seorangpun berani menawar dengan harga lebih dari satu keping perak".

Zun Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata,"Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas disana, jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberi penilaian".

Pemuda itupun pergi ke toko emas yang dimaksud dan ia kembali kepada Zun Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor,"Guru, ternyata para pedagang emas di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas".

Rupanya cincin ini bernilai seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh pedagang di pasar.

Zun Nun, tersenyum simpul sambil berkata lirih, "Itulah jawaban dari pertanyaanmu, sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya, hanya "para pedagang kain, sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian namun tidak dengan "pedagang emas".

"Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses, wahai sobat mudaku. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan kita lihat sepintas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat loyang ternyata emas".
Diposkan oleh blok - A the nine stars di 17:07 1 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar